11/26/10

Kisah Telenovela Kedekatan Taufik Hidayat dan Pelatihnya (1)

TAK TERPISAHKAN KECUALI ADA YANG MEMAKSA

         Taufik Hidayat memang seorang atlet besar. Segala berita tentang kehidupannya selalu menarik untuk dikupas. Termasuk kuatnya hubungan dengan pelatihnya, Mulyo Handoyo.


Taufik Hidayat dan Mulyo Handoyo
          Bak sebuah kisah telenovela dalam dunia olahraga Indonesia. Sebuah drama yang benang merahnya mengisahkan kedekatan antara pahlawan bulutangkis Indonesia, Taufik Hidayat dengan pelatihnya, Mulyo Handoyo. 

         Faktapun menunjukkan, di situ ada Mulyo, maka di situlah Taufik berada.  Keduannya tak dapat diceraikan. “Saya dan pelatih Mulyo Handoyo tidak dapat dipisahkan kecuali ada pihak yang memaksa kami harus berpisah,” tutur Taufik mengomentari kuatnya jalinan hubungannya dengan sang pelatih. Taufik menuturkan, sosok Mulyo adalah segala-galanya. Taufik menganggap Mulyo bukan sekedar seorang pelatih yang hanya mencecokinya dengan seabrek teori dan strategi bermain bulutangkis. Bagi Taufik, seorang Mulyo sudah dianggapnya sebagai orang tua selain orang tua kandungannya di Bandung. “Dia (Mulyo) sangat penting dalam karir saya. Dia seperti orang tua kedua bagi saya. Dialah orang yang mengerti siapa saya sebenarnya. Sungguh, sulit sekali berpisah dengannya.” Ungkap Taufik sambil berusaha mengusap air matanya yang tiba-tiba sudah berkumpul disudut kedua matanya.

         Drama kedekatan Taufik dengan pelatihnya bukan rahasia umum lagi bagi penggemar bulutangkis nasional. Bahkan, kisah itu juga terdengar public bulutangkis dunia. Hingga tak heran bila wartawan bulutangkis manca selalu menjadikan kisah tersebut sebagai bahan tulisan yang tidak ada habis-habisnya untuk dikupas.

          Romantisme hubungan atlet dan pelatih seperti Taufik dan Mulyo tidak berbeda jauh dengan cerita cinta kuno Romeo dan Juliet karya sastrawan Inggris yang tersohor, William Shakespare. Hanya, kata cinta dalam hubungan Taufik dan Mulyo bukan sebagai cinta sesama lelaki. Kata cinta dalam hubungan Taufik dan Mulyo tak lain seperti ayah dan anaknya. “Dia benar-benar bisa memahami pribadi saya luar dalam,” ujar Taufik peraih medali emas Olimpiade Athena 2004.

         Telenovela Taufik dan Mulyo mulai terajut pada 1997. Pada tahun itulah Mulyo mulai menangani Taufik yang kali itu masih berusia 16 tahun. Sebelumnya, saat masih kecil, Taufik sempat dipoles mantan bintang bulutangkis Nasional, Lie Sumirat. Nah, bakat alam Taufik kian terasah saat dipoles Mulyo. “Saya semakin tahu bagaimana bermain bulutangkis yang benar saat dilatih Mulyo,” kenang pemain kelahiran Pengalengan, Jawa Barat tersebut.

         Kuatnya magnet hubungan itu kian tampak takkala tenaga Mulyo tidak dipakai lagi oleh Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) di Pusat Bulutangkis Indonesia (PBI) di Cipayung Jakarta Timur pada 2001 lalu. Pada 2002, Mulyo dikontrak Singapura selama dua tahun.

          Nah. Seperti anak ayam kehilangan induknya, sepeninggal Mulyo, sifat asli Taufik yang pemberontak sulit dikontrol. Dia beberapa kali terlibat beda pendapat dengan pengurus PBSI. Kondisi itu membuat Taufik tak betah di Cipayung. Hingga akhirnya dia memutuskan mengikuti jejak gurunya ke Singapura. “Pada waktu kepengurusan PBSI yang lama (masih dipimpin Subagyo H.S), saya memang banyak masalah. Prestasi saya turun naik hingga pada akhirnya saya memutuskan meninggalkan Indonesia dan mengikuti pelatih saya Mulyo ke Singapura,” terang Taufik. (to be continue ^_^)

No comments:

Post a Comment