11/29/10

Asian Games Pictures

Taufik @ AG Guangzhou 2010

Lin Dan, Alvent, Taufik Hidayat
 
Taufik saat protes AG BUSAN 2002 (Men's Team)

11/28/10

Kisah Telenovela Kedekatan Taufik Hidayat dan Pelatihnya (2/habis)

NYARIS PINDAH KE SINGAPURA

Taufik Hidayat memang seorang atlet besar. Segala berita tentang kehidupannya selalu menarik dikupas. Termasuk kuatnya hubungan dengan pelatihnya, Mulyo Handoyo. Dia pula yang meneruskan tradisi emas olimpiade cabang bulutangkis bagi Indonesia di Athena. 

          Angin perubahan di kepengurusan PB PBSI turut mengubah perjalanan nasibTaufik. Ketika Chairul Tanjung naik menggantikan posisi Subagyo pada akhir Desember 2001, nasib Taufik menemui titik terang. Setelah resmi menjabat sebagai bos baru PB PBSI, Chairul langsung bergerak cepat. Pada awal 2002, Chairul mengontak Asosiasi Bulutangkis Singapura (BSA) untuk meminta Taufik kembali ke Indonesia. Melalui diplomasi kelas tinggi dengan dimediatori federasi Bulutangkis Internasional (IBF), Taufik kembali lagi ke Indonesia. "Pengurus baru PBSI meminta saya kembali. Saya pun akhirnya memutuskan kembali bermain untuk Indonesia. Saya bangga bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia," kata Taufik.

          Cerita tentang Taufik belum berakhir. Setelah kembali dari Singapura, Taufik tidak memiliki pelatih beberapa saat. Hingga kemudian PBSI menunjuk Joko Supriyanto untuk melatih sementara. Namun, Taufik sering terlibat cekcok dengan Joko hingga akhirnya keduanya berpisah. Taufik kembali tidak memiliki pelatih.

          Pada Februari 2004, kontrak Mulyo berakhir dengan Singapura. Dengan cepat, Chairul langsung menggaet Mulyo untuk kembali melatih Taufik. "Saya berlatih sendiri di Cipayung bersama pelatih lain ketika tidak punya pelatih. Kini saya senang bisa bersama pelatih lama saya Mulyo," cetusnya.
Bagaimana dengan Mulyo?, Mulyo mengaku senang dan tidak mengambil pusing dengan cerita-cerita yang beredar mengenai begitu dekat hubungannya dengan Taufik. Mulyo pun mengaku tidak ada resep khusus untuk meredam sifat Taufik yang sering dianggap melakukan hal-hal yang kontroversial. "wartawan yang selalu membesar-besarkan. Saya pribadi selalu menganggap Taufik sebagai manusia biasa yang bisa menentukan jalan hidupnya sendiri. Saya hanya mengarahkan dan berusaha mengerti apa yang menjadi masalah," ungkap Pria kelahiran Semarang.

11/26/10

Kisah Telenovela Kedekatan Taufik Hidayat dan Pelatihnya (1)

TAK TERPISAHKAN KECUALI ADA YANG MEMAKSA

         Taufik Hidayat memang seorang atlet besar. Segala berita tentang kehidupannya selalu menarik untuk dikupas. Termasuk kuatnya hubungan dengan pelatihnya, Mulyo Handoyo.


Taufik Hidayat dan Mulyo Handoyo
          Bak sebuah kisah telenovela dalam dunia olahraga Indonesia. Sebuah drama yang benang merahnya mengisahkan kedekatan antara pahlawan bulutangkis Indonesia, Taufik Hidayat dengan pelatihnya, Mulyo Handoyo. 

         Faktapun menunjukkan, di situ ada Mulyo, maka di situlah Taufik berada.  Keduannya tak dapat diceraikan. “Saya dan pelatih Mulyo Handoyo tidak dapat dipisahkan kecuali ada pihak yang memaksa kami harus berpisah,” tutur Taufik mengomentari kuatnya jalinan hubungannya dengan sang pelatih. Taufik menuturkan, sosok Mulyo adalah segala-galanya. Taufik menganggap Mulyo bukan sekedar seorang pelatih yang hanya mencecokinya dengan seabrek teori dan strategi bermain bulutangkis. Bagi Taufik, seorang Mulyo sudah dianggapnya sebagai orang tua selain orang tua kandungannya di Bandung. “Dia (Mulyo) sangat penting dalam karir saya. Dia seperti orang tua kedua bagi saya. Dialah orang yang mengerti siapa saya sebenarnya. Sungguh, sulit sekali berpisah dengannya.” Ungkap Taufik sambil berusaha mengusap air matanya yang tiba-tiba sudah berkumpul disudut kedua matanya.

         Drama kedekatan Taufik dengan pelatihnya bukan rahasia umum lagi bagi penggemar bulutangkis nasional. Bahkan, kisah itu juga terdengar public bulutangkis dunia. Hingga tak heran bila wartawan bulutangkis manca selalu menjadikan kisah tersebut sebagai bahan tulisan yang tidak ada habis-habisnya untuk dikupas.

          Romantisme hubungan atlet dan pelatih seperti Taufik dan Mulyo tidak berbeda jauh dengan cerita cinta kuno Romeo dan Juliet karya sastrawan Inggris yang tersohor, William Shakespare. Hanya, kata cinta dalam hubungan Taufik dan Mulyo bukan sebagai cinta sesama lelaki. Kata cinta dalam hubungan Taufik dan Mulyo tak lain seperti ayah dan anaknya. “Dia benar-benar bisa memahami pribadi saya luar dalam,” ujar Taufik peraih medali emas Olimpiade Athena 2004.

         Telenovela Taufik dan Mulyo mulai terajut pada 1997. Pada tahun itulah Mulyo mulai menangani Taufik yang kali itu masih berusia 16 tahun. Sebelumnya, saat masih kecil, Taufik sempat dipoles mantan bintang bulutangkis Nasional, Lie Sumirat. Nah, bakat alam Taufik kian terasah saat dipoles Mulyo. “Saya semakin tahu bagaimana bermain bulutangkis yang benar saat dilatih Mulyo,” kenang pemain kelahiran Pengalengan, Jawa Barat tersebut.

         Kuatnya magnet hubungan itu kian tampak takkala tenaga Mulyo tidak dipakai lagi oleh Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) di Pusat Bulutangkis Indonesia (PBI) di Cipayung Jakarta Timur pada 2001 lalu. Pada 2002, Mulyo dikontrak Singapura selama dua tahun.

          Nah. Seperti anak ayam kehilangan induknya, sepeninggal Mulyo, sifat asli Taufik yang pemberontak sulit dikontrol. Dia beberapa kali terlibat beda pendapat dengan pengurus PBSI. Kondisi itu membuat Taufik tak betah di Cipayung. Hingga akhirnya dia memutuskan mengikuti jejak gurunya ke Singapura. “Pada waktu kepengurusan PBSI yang lama (masih dipimpin Subagyo H.S), saya memang banyak masalah. Prestasi saya turun naik hingga pada akhirnya saya memutuskan meninggalkan Indonesia dan mengikuti pelatih saya Mulyo ke Singapura,” terang Taufik. (to be continue ^_^)

PELATIH DAN PRESASI BESAR TAUFIK

Taufik memang memiliki bakat hebat. Ibaratnya ditangani siapa pun, dia tetap bakal jadi juara. Siapa saja pelatih dan prestasi apa yang pernah diukirnya?

LIE SUMIRAT (1988-OKTOBER 1996)
1994 (Juara Aqua Master, Finalis Aqua Trophy)
1995 (Juara Piala Aqua, Juara Sirkuit SGS, Juara Piala Suryanaga, Finalis Jakarta Terbuka Internasional)
1996 (Juara III Sirkuit SGS, Juara Piala Suryanaga)

MULYO HANDOYO (NOVEMBER 1996-JUNI 2001) ; (FEBRUARI 2004-SEKARANG)
1997 (Juara Jerman Terbuka Junior, Juara Kejuaraan Asia Junior)
1998 (Juara Brunei Terbuka, Juara beregu putra Asian Games XIII (Bangkok))
1999 (Juara Indonesia Terbuka, Juara Piala Asia (beregu), Finalis All England, Finalis Singapura Terbuka)
2000 (Rebut Thomas Cup (Kuala Lumpur), Juara Indonesia Terbuka, Juara Malaysia Terbuka, Juara Kejuaraan Asia JVC, Finalis All England)
2001 (Finalis Piala Sudirman (Sevilla), Semifinalis Kejuaraan Dunia)

Mulyo dan Taufik
2004 (Juara Olimpiade Athena, Juara Indonesia Terbuka, Semifinalis Jepang Terbuka, Semifinalis Thomas Cup, Juara Kejuaraan Asia)
2005 (Juara Singapura Terbuka, Juara Kejuaraan Dunia XIV)
2006 (Semifinalis beregu Putra Asian Games XV (Doha), Juara Perorangan Asian Games XV (Doha), Finalis Japan Terbuka, Juara Djarum Indonesia Terbuka)
2007 (Finalis Piala Sudirman, Juara Nakhon Ratchasima SEA Games, Juara Asian Continental Championships, Finalis Jepang Terbuka, Finalis Chinese Taipei Grand Prix Gold, Finalis Macau Open Grand Prix Gold)
2008 (Semifinalis Piala Thomas, Juara Macau Terbuka, Finalis French Open, Semifinalis Hongkong Super Series, Semifinalis Super Series Masters Final)
2009 (Semifinalis All England, Juara India Terbuka, Finalis Indonesia Terbuka, Juara US Terbuka, Semifinalis Kejuaraan Dunia, Semifinalis Macau Terbuka, Semifinalis Taipei Grand Prix, Finalis Jepang Terbuka, Finalis French Open)
2010 (Juara  SCG Thomas&Uber Cup 2010 Preliminary Asia Zone, Juara Proton-BWF TUC Finals (Kuala Lumpur, Finalis Djarum Indonesia Open Super Series, Semifinalis Yonex-Sunrise Malaysia Open Grand Prix Gold, Juara Yonex Canada Open Grand Prix, Finalis Yonex BWF World Championship, Juara Indonesia Grand Prix Gold, Finalis Denmark Super Series, 
Semifinalis Beregu Putra Asian Games XVI (Guangzhou))
Joko Suprianto
JOKO SUPRIANTO (JULI 2001-AGUSTUS 2003)

 2001 (Juara Singapura Terbuka)
2002 (Rebut Thomas Cup (Guangzhou), Juara Taiwan Terbuka, Juara Indonesia Terbuka, Juara Perorangan Asian Games XVI (Busan), Juara Batam Master, Finalis Kejuaraan Asia JVC (Bangkok))
2003 (Juara Indonesia Terbuka (Batam))



KURNIAHU (SEPTEMBER 2003-OKTOBER 2003)
2003 (Finalis Kejuaraan Asia JVC (Jakarta))

11/20/10

Taufik Hidayat Kecam PBSI

     Guangzhou, Kompas - Taufik Hidayat, Jumat (19/11) di Guangzhou, China, mengecam Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia. Kegagalan hampir semua pemain pelatnas di ajang Asian Games 2010 perlu segera menjadi bahan evaluasi bagi organisasi bulu tangkis Indonesia itu.
     ”PB PBSI perlu melakukan introspeksi, mengapa hal ini sampai terjadi. Lihat siapa yang maju hingga perempat final dan semifinal. Kebanyakan adalah pemain dari luar pelatnas,” ujar pebulu tangkis tunggal putra ini di Tianhe Gymnasium, Guang- zhou, China, seusai dikalahkan Park Sung-hwan asal Korea Selatan, 15-21, 16-21, pada babak perempat final, Jumat.
     Juara Asian Games dua kali berturut-turut ini tampak bermain di bawah kinerja terbaiknya. Berkali-kali ia gagal meladeni permainan bola net. Berulang kali pula ia salah melakukan antisipasi pukulan Park. Bola diperkirakan Taufik keluar di belakang lapangan, tetapi saat hampir menyentuh lapangan, bola ternyata kelihatan akan masuk sehingga Taufik buru-buru memukul bola. Pengembalian semacam ini membuat bola dengan mudah dismes oleh Park.
     Tim bulu tangkis Indonesia terdiri dari pemain yang bergabung dengan pelatnas Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dan pemain nonpelatnas. Pebulu tangkis Indonesia yang berhasil maju ke perempat final dan semifinal sebagian besar adalah pemain nonpelatnas, yakni Taufik Hidayat (tunggal putra), Markis Kido/Hendra Setiawan (ganda pu- tra), serta Alvent Yulianto (ganda putra). Pasangan Alvent, Mohammad Ahsan, merupakan pemain pelatnas.
     Ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang merupakan pemain pelatnas kandas di babak kedua. Demikian pula ganda campuran Fran Kurniawan/Pia Zebadiah.
     Di nomor tunggal putri, pemain pelatnas Adriyanti Firdasari tertahan di babak kedua setelah dikalahkan Wong Mew Choo (Malaysia). Maria Febe kandas di babak pembuka.
Dua ganda putri pelatnas, Meiliana Jauhari/Greysia Polii serta Nitya Krishinda Maheswari/ Shendy Puspa Irawati, sama- sama terhenti di babak kedua.
     Di nomor tunggal putra, pemain pelatnas Sony Dwi Kuncoro tidak mampu lolos dari babak pertama. Pebulu tangkis yang baru pulih dari cedera ini dikalahkan Chou Tien Chen asal Taiwan pada babak pertama.
Menurut Taufik, untuk mengikuti ajang multicabang besar, seperti Asian Games dan olimpiade, PB PBSI perlu melakukan persiapan yang lebih baik. Menjalani pertandingan di luar negeri adalah sesuatu yang harus dilakukan guna membuat pemain-pemain pelatnas menjadi lebih siap dan tangguh. ”Pemain jangan latihan terus di dalam negeri. Jangan disimpan terus,” ujarnya.
     Manajer Tim Bulu Tangkis Indonesia Yacob Rusdianto berjanji akan menjadikan hasil Asian Games 2010 sebagai bahan introspeksi bagi PB PBSI dalam memperbaiki sistem pelatnas. ”Dengan apa yang telah kami lakukan selama ini, ternyata hasil yang diperoleh seperti itu. Artinya, ada sesuatu yang kurang,” ujarnya.

11/18/10

Asian Games XVI : Taufik ke Perempat Final

JAKARTA, Kompas.com — Di saat pemain lain bertumbangan, Taufik Hidayat melaju ke babak perempat final tunggal putra bulu tangkis Asian Games XVI, Kamis.

Taufik yang telah memasuki usia 30 tahun ini menyingkirkan pemain asal Sri Lanka, Dinuka Karunaratna, dalam dua game, 21-14 21-9. Dalam pertandingan di Tianhe Gymnasium, Guangzhou, ini Taufik tampil terlalu perkasa buat lawannya tersebut.

Di perempat final, Jumat (19/11/2010), Taufik akan menghadapi pemain asal Korea Selatan, Park Sung-hwan.

Sebelumnya, pemain asal Malaysia, Lee Chong Wei, juga melewati babak 16 besar dengan menyingkirkan pemain asal Hongkong, Chan Yan Kit, dalam rubber game, 17-21 21-9 21-16.

Chong Wei akan bertemu tunggal putra andalan Thailand, Boonsak Ponsana, yang lolos ke perempat final dengan menyisihkan pemain India, Bhat Arvind, 21-19 21-12.

Taufik: Jangan Caci Maki Jika Saya Gagal (Asian Games XVI)

GUANGZHOU, Kompas.com - Pebulu tangkis tunggal putra harapan Indonesia, Taufik Hidayat, meminta agar ia tidak dijadikan sasaran caci maki jika gagal mencapai target mempertahankan medali emas yang diraihnya di Asian Games Doha 2006.

"Saya akan berusaha berjuang semaksimal mungkin, bila gagal jangan dicaci maki," kata Taufik, setelah memastikan melangkah ke babak 16 besar nomor perseorangan Asian Games XVI 2010 di Tianhe Gymnasium Guangzhou, Rabu (17/11/10).

Pada pertandingan tidak berimbang tersebut, tunggal utama Indonesia itu menang mudah 21-16, 21-12 atas pemain Taiwan Hsieh Yu Hsing.

Meski tidak menyebutkan target emas dari bibirnya sendiri, namun pemain kelahiran Pangalengan Kabupaten Bandung itu menyatakan akan berupaya meraih hasil maksimal pada event olahraga tingkat Asia itu.

Taufik merupakan pemegang medali emas Asian Games dua kali berturut-turut yang diraihnya di Asian Games 2002 Busan dan Asian Games 2006 Doha, Qatar.

"Keikut-sertaan di sini jelas untuk yang terbaik, dan terima kasih masyarakat berharap saya bisa meraih kembali medali emas di sini, saya akan berusaha," kata Taufik.

Namun ia mengaku tidak ingin menjadi bahan cacian di Tanah Air bila ia gagal meraih target yang diharapkan oleh publik.

Sebagai anggota Kontingen "Merah Putih", Taufik bertekad untuk tampil maksimal disetiap event yang diikutinya.

"Nggak mungkin pada event sebesar ini saya tidak menginginkan yang terbaik, jelas itu target atlet manapun," katanya.

Atlet yang telah empat kali mengikuti Asian Games itu mengaku tetap bertarung habis-habisan meski lawan yang dihadapinya di bawah angkatannya, termasuk Lin Dan yang menjadi musuh bebuyutannya di berbagai event.

Taufik seolah gerah dikatakan sebagai atlet "tua" yang masih berlaga, namun ia menyebutkan tidak adanya pemain muda Indonesia yang bisa meladeni Lin Dan dan yang lainnya memaksanya tetap menjadi harapan yang diunggulkan meraih medali.

"Seharusnya Simon (Santoso) dan Sony (Dwi Kuncoro) yang teman seangkatan mereka bisa main di situ, namun saat ini saya masih tetap harus diunggulkan," katanya.

Terkait peluangnya untuk mengatasi Lin Dan, atlet China yang kemungkinan akan dihadapinya di semifinal, Taufik menyatakan tetap akan berusaha meski ia kalah pada saat bertemu di semifinal beregu putra yang akhirnya harus puas dengan medali perunggu.

"Kami sudah saling ketemu, dan bukan berarti dia tidak bisa dikalahkan," kata peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 ini.

11/13/10

ACHIEVEMENT 1994-2010

1994

Winner                  Aqua Master 

 

1995

Winner                            Piala Aqua 
Winner                            Sirkuit SGS
Winner                            Piala Suryanaga
Runner-Up                      Jakarta Terbuka Internasional

1996


Semi-Finalist                
Winner


 

Sirkuit SGS
Piala Suryanaga 
 


1997

Winner                            Jerman Terbuka Junior
Winner                            Kejuaraan Asia Junior

1998

Winner                            Brunei Open
Winner                            Bangkok Asian Games XIII (men's team)
Atlet Harapan Terbaik (Tabloit Bola)

1999

Winner SEA Games
Winner Indonesia Open
Runner-Up All-England
Runner-Up                      Singapura Open

2000

Winner Indonesia Open
Winner Thomas Cup (Kuala Lumpur)
Winner Men’s Singles
Winner
Malaysia Open
JVC Asia Championship
Runner-Up All-England

2001

Runner-Up
Semi-Finalist
Winner Men’s Singles
Sudirman Cup (Sevilla)
World Championship
Singapore Open

2002

Runner-Up JVC Asian Championships (Bangkok)
Winner Sanyo Indonesia Open
Winner
Winner
Winner
Winner                
Thomas Cup (Guangzhou)
Taiwan Open
Busan Asian Games XIV (single)
Batam Master
Atlet Harapan Terbaik (Tabloit Bola)

2003

Winner
Runner-Up
Sanyo Indonesia Open (Batam)
JVC Asia Championship (Jakarta)

2004

Winner Olympic Games
Winner Indonesia Open
Eddy Choong Player of The Year 2004
Semi Finalist Japan Open
Semi Finalist Thomas Cup
Winner Asian Championships

2005

Bintang Jasa Utama (First Class Merit Star) of The Republic of Indonesia
Atlet Terbaik Indonesia 2004 Versi Pembaca Tabloit Bola
Winner Men’s Singles Singapore Open
Eddy Choong Player of The Year 2005
Winner XIV World Championships
Honorary Citizen of Athens

2006

Best Male Athlete Indonesian Sports Award by KONI
Semi-Finalist                   Doha Asian Games XV (Men's Team)
Winner Doha Asian Games XV (single)
Runner Up Yonex Japan Open
Winner Djarum Indonesia Open
Atlet Favorite Terbaik Indonesia 2005 Versi Pembaca Tabloit Bola

2007

Runner Up Sudirman Cup
Winner Nakhon Ratchasima SEA Games
Winner Asian Continental Championships
Runner Up Japan open
Runner Up Chinese Taipei Grand Prix Gold
Runner Up Macau Open Grand Prix Gold

2008

Quarter-Finalist All England
Quarter-Finalist Swiss Open Super Series
Semi-Finalists Thomas Cup
Quarter-Finalist Japan Open
Quarter-Finalist China Masters Super Series
Winner Macau Open
Runner Up French Open
Semi-Finalist Hong Kong Super Series
Semi-Finalist Super Series Masters Final

2009

Semi-finalist All England
Quarter-Finalist Swiss Open
Winner India Open
Runner Up Indonesia Open
Winner US Open
Semifinalist
World Championship
Semi-Finalist Macau Open
Semi-Finalist Taipei Grand Prix
Runner Up Japan Open
Runner Up French Open

2010

Winner                           SCG Thomas&Uber Cup 2010 Preliminary Asia Zone 
Quarter-Finalist              All England Super Series
Winner                           Proton-BWF TUC Finals (Kuala Lumpur)
Runner Up                      Djarum Indonesia Open Super Series
Semi-Finalist                   Yonex-Sunrise Malaysia Open Grand Prix Gold
Winner                           Yonex Canada Open Grand Prix
Runner Up                      Yonex BWF World Championship 
Winner                            Indonesia Grand Prix Gold
Runner Up                      Denmark Super Series
Winner                            French Super Series
Semi-Finalist                   Guangzhou Asian Games XVI (Men's Team)
Quarter-Finalist               Guangzhou Asian Games XIV (single)
Runner Up                       Yonex-Sunrise Hong Kong Open Super Series 2010           

Taufik : Denmark - French (pic)

The Winner "French Open Super Series 2010"
French Open Super Series 2010
Hidayat T vs Wang Z M


Taufik Hidayat vs Du Peng Yu

Taufik (runner up) Denmark SS 2010 vs Jan O J

TH Force

THForce Management was established in early 2009, following Taufik's Hidayat decision to resign from PBSI and turning into a professional player.

The main business purpose of THForce is as a Sports Management and Sports Event Organizing services.

The THForce Management team believed strongly in the independence of players, on and off the court. That each athletes have the right to choose their own path, in business as well as their career as sportsmen/women.

Thus following the same vaues and principles, THForce Management team take pride in knowing that we not only offer Athletes and Clients a wide array of opportunities, but also offering them the freedom to choose which path they want to take in order to reach their respective goals.

Taufik Hidayat Belum Tergantikan

Taufik Hidayat
Nama pebulutangkis Taufik Hidayat masih menjadi simbol prestasi bulutangkis Indonesia terutama di nomor tunggal putra. Ditengah kekeringan prestasi di level atas persaingan bulutangkis dunia, Taufik menghadirkan gelar juara French Open Super Series yang babak finalnya berlangsung kemarin (07/11/2010). Taufik memastikan gelar pertamanya di kanca Super Series ini setelah mengalahkan pemain Denmark Joachim Persson dengan dua set langsung 21-16, 21-11. Gelar juara ini merupakan yang ketiga buat Taufik ditahun ini setelah menjuarai Canada Open Grand Prix dan Indonesia Grand Prix Gold.

Meskipun sudah tidak muda lagi, prestasi Taufik tampak belum tergantikan oleh pemain-pemain dibawahnya. Disamping ketiga gelar juara tersebut, Taufik merupakan satu-satunya pemain Indonesia yang menembus final Kejuaraan Dunia 2010 walaupun kemudian ditumbangkan pemain China, Chen Jin. Demikian pula pada Indonesia Open Super Series, Taufik kembali menjadi wakil Indonesia di final disamping Hendra Setiawan yang turun di ganda campuran bersama pemain Rusia, Anastasia Ruskikh. Bahkan pekan sebelumnya di turnamen Denmark Open, Taufik juga menembus babak final.

Taufik Hidayat mulai menorehkan namanya dengan tinta emas prestasi dunia dengan menjuarai Brunei Open Grand Prix tahun 1998 dan Indonesia Open ditahun berikutnya. Prestasi besar telah dibuatnya mulai dari Sea Games, Asian Games, turnamen-turnamen Grand Prix sampai Olimpiade. Di ajang Indonesia Open, Taufik meraup gelar juara sebanyak enam kali atau berbeda satu gelar untuk menyamai rekor seniornya Ardi Wiranata. Sejak tahun 2007, Badan bulutangkis dunia BWF memperkenalkan turnamen level Super Series. Selama tiga tahun terakhir Taufik sering terganjal dibabak-babak akhir turnamen Super Series tersebut. Akhirnya gelar itu datang dari kota Paris di tahun ini.

Taufik yang sudah memberikan prestasi buat Indonesia selama lebih dari 12 tahun terakhir, seolah belum tergantikan. Ini merupakan sinyal bagi insan bulutangkis Indonesia untuk segera menyiapkan Taufik-Taufik baru sebelum Taufik gantung raket. Semoga generasi baru bulutangkis Indonesia dapat menjawabnya.

11/8/10

我的奥林匹克 - badminton - 陶菲克(Taufik Hidayat)

Watch this!!!! ^_^

Taufik Juara di Perancis


JAKARTA, Kompas.com - Tunggal putera Indonesia, Taufik Hidayat menjuarai turnamen Perancis Terbuka Super Series, Minggu (7/11).

Taufik, 30, diungggulkan di tempat kedua turnamen yang berlangsung di Stade Baron Pierre de Coubertin ini. Di final, Taufik mengalahkan unggulan 8 asal Denmark, Joachim Persson dalam dua game 21-16 21-11.

Taufik yang memiliki pukulan lebih komplit tampil terlalu kuat bagi lawannya. Padahal di babak semifinal, Persson membuat kejutan dengan menyingkirkan unggulan pertama asal Denmark, Peter Hoeg Gade.

Bagi Taufik ini menjadi semacam suntikan semangat menjelang tampil membela negara di ajang Asian Games Guangzhou, China mulai 12 November mendatang. Pakan lalu, Taufik juga lolos ke final Denmark Terbuka Super Series.

Dalam pertandingan sebelumnya, Denmark menjuarai ganda putera saat unggulan pertama Matthias Boe/Carsten Mogensen mengalahkan ganda Jerman Ingo Kindervater/Johannes Schottler 21-15 21-9 dalam 37 menit. 

Badminton French Super Series 2010 MSF Taufik Hidayat v Joachim Persson 1-4

Taufik Hidayat vs Joachim Persson (21-16, 21-11)

11/7/10

French Open Super Series 2010 Taufik ke Final, Kido/Hendra Tersingkir

Bulutangkis.com - Taufik Hidayat menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang melaju ke babak final Perancis Super Series 2010 hari ini (Sabtu, 06 November 2010), setelah pasangan Markis Kido/ Hendra Setiawan gagal meraih kemenangan atas ganda putra Jerman, Ingo Kindervater/ Johannes Schöttler pada pertandingan semi final yang berlangsung di Pierre de Coubertin Stadium, Paris. 



Peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 ini melangkah ke babak final setelah menaklukkan pebulutangkis Thailand, Boonsak Ponsana yang merupakan unggulan tiga dengan skor 21-13, 21-14. Selanjutnya Taufik yang diunggulkan pada posisi dua akan menghadapi pebulutangkis unggulan delapan dari Denmark, Joachim Persson yang berhasil menaklukkan rekannya pebulutangkis veteran, Peter Hoeg Gade 21-14, 16-21, 21-17. 

Sementara ganda putra peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008, Markis Kido/ Hendra Setiawan unggulan dua, kembali gagal untuk meraih juara super series setelah pada pertadingan kemarin tak berdaya menghadapi ganda putra Jerman bukan unggulan, Ingo Kindervater/ Johannes Schöttler lewat pertarungan tiga set 13-21, 21-17, 22-20. 

Kegagalan ini memperpanjang rekor kekalahan bagi Kido/ Hendra di ajang super series. Pada pekan lalu, Kido/Hendra gagal di babak semi final Denmark Super Series menghadapi ganda putra Denmark, Mathias Boe/ Carsten Mogensen 13-21, 12-21 yang kali ini juga melaju ke babak final setelah menaklukkan rekannya Mads Conrad-Petersen/ Jonas Rasmussen dengan skor 21-23, 21-6, 21-16. (*)

11/6/10

Taufik Hidayat Arena: Idea Behind and Testimonials




GOD BLESS .....

BWF Rank 4 November 2010 (Indonesia)


Men’s singles
4. Taufik Hidayat
12. Simon Santoso
15. Sony Dwi Kuncoro
19. Dionysius Hayom Rumbaka
34. Alamsyah Yunus
35. Andre Kurniawan Tedjono
88. Indra Bagus Ade Chandra
109. Ari Trisnanto
114. Tommy Sugiarto
134. Adnan Fauzi


Women’s singles
24. Maria Febe Kusumastuti
28. Adriyanti Firdasari
43. Fransiska Ratnasari
50. Maria Kristin Yulianti
59. Lindaweni Fanetri
65. Aprillia Yuswandari
90. Ana Rovita
130. Rosaria Yusfin Pungkasari


Men’s doubles
3. Markis Kido/Hendra Setiawan
10. Alvent Yulianto Chandra/Hendra Aprida Gunawan
14. Muhammad Ahsan/Bona Septano
22. Yonatan Suryatama Dasuki/Rian Sukmawan
65. Angga Pratama/Rian Agung Saputro
67. Luluk Hadiyanto/Candra Wijaya
68. Yohanes Rendy Sugiarto/Afiat Yuris Wirawan
72. Fernando Kurniawan/Wifqi Windarto
73. Berry Angriawan/Muhammad Ulinnuha
97. Andhika Anhar/Hendra Setyo Nugroho
98. Gert Kunka [EST]/Andi Hartono Tandaputra [INA]
116. Agripina Prima Rahmanto/Ricky Karanda Suwardi
124. Luluk Hadiyanto/Joko Riyadi
130. Didit Juang/Seiko Wahyu Kusdianto
132. Andrei Adistia/Rahmat Adianto
146. Markus Fernaldi Gideon/Christopher Rusdianto


Women’s doubles
7. Greysia Polii/Meiliana Jauhari
28. Anneke Feinya Agustin/Annisa Wahyuni
34. Shendy Puspa Irawati/Nitya Krishinda Maheswari
36. Komala Dewi/Keshya Nurvita Hanadia
37. Della Destiara Haris/Suci Rizki Andini
49. Vita Marissa/Nadya Melati
61. Vita Marissa [INA]/Saralee Thoungthongkam [THA]
81. Dwi Agustiawati/Ayu Rahmasari
82. Gebby Ristiyani Imawan/Tiara Nuraidah Rosalia
84. Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii
85. Jenna Gozali/Variella Aprilsasi Putri Lejarsari
105. Nadya Melati/Devi Tika Permatasari
110. Shendy Puspa Irawati/Meiliana Jauhari
116. Pia Zebadiah Bernadet/Debby Susanto
139. Andreani Ratnasari/Maya Rosita


Mixed doubles
2. Hendra Aprida Gunawan/Vita Marissa
3. Nova Widianto/Liliyana Natsir
11. Fran Kurniawan/Pia Zebadiah Bernadet
27. Muhammad Rijal/Debby Susanto
47. Markis Kido/Lita Nurlita
51. Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir
60. Flandy Limpele [INA]/Cheng Wen Hsing [TPE]
62. Devin Lahardi Fitriawan/Liliyana Natsir
65. Muhammad Rizky Delynugraha/Richi Puspita Dili
66. Viki Indra Okvana/Gustiani Sari Megawati
77. Tri Kusumawardhana/Nadya Melati
89. Tantowi Ahmad/Greysia Polii
91. Hendra Mulyono/Ayu Rahmasari
95. Hendra Setiawan [INA]/Anastasia Russkikh [RUS]
101. Irfan Fadhilah/Weni Anggraini
124. Riky Widianto/Jenna Gozali
146. Devin Lahardi Fitriawan/Lita Nurlita

11/3/10

Quick Facts


Full Name:
Taufik Hidayat

Nickname(s):
Opik(Family nickname), Ucil (Friends nickname)


Date of Birth:
Bandung, 10 August 1981

Mother’s Name:
Enok Dartilah


Father’s Name:
H. Aries Haris

Siblings:
2 (Dewi & Desti Siswanti)

Wife:
Armi Dianti Gumelar

Children:
Natarina Alika Hidayat (Born 3 August 2007)
Nayottama Prawira Hidayat (Born 11 June 2010)

Height/Weight:
1.76m/67kg

Favorite food:
Sushi, Steak, Sumsum, Rujak, Duck, Seafood

What do you do to relax:
Listen to music, Watch movies, playing Air Soft Gun, take a ride on CBR, automotive, Football

Badminton Racket:
Arcsaber 10

Proudest moment in badminton career:
Thomas Cup, 2004 Olympics, 2005 World Champion

Role models:
Iie Sumirat

Favorite musician/bands:
Slank, Ebiet G Ade

Favorite Movie:
Any action movies

Goals/Dreams:
Winning All England

sumber: www.taufik-hidayat.com

Badminton's Prodigal Son

Taufik Hidayat makes headlines on and off the badminton court, a perfect combination of attractiveness and mentality of always trying to do his best on court with a temperament and passion for badminton that perhaps, could only be rivaled by another racket legend, John McEnroe.
Born in Bandung, West Java, 10 August 1981, Taufik Hidayat always has a passion in playing sports, especially badminton. Whether it was driven by his father, who himself was a former local badminton player, or just by his personal interest in the sport. Ever since he was 9 years old he always went through the 2 hours drive from his house in Pengalengan, in the suburbs of Bandung, to the downtown area of the city, sometimes even forced to go out of the car by his father, and walk halfway to the training compound, so that he could practice an extra hour by walking.
There, he went through a gruelling 6 hours of training each day, without a miss. The intensive sessions turn into a successful one when he was seen by a talent scout and succeeded in earning his spot in the national squad (PBSI) in the tender age of 16.
He began to make a name for himself at the same age, when he won his first Grand Prix Tournament at The Brunei Open. He then followed his success two years later by being the number one seeded player for the 2000 Sydney Olympics. The lost during the Sydney Olympics, in turn, ignited his drive and passion to be a winner.
Being hailed as the next big thing in the world of Badminton has made him a household name, especially in Indonesia. Every antics and going-ons, both in his public and private life, seems to take precedence over his achievement on court. People hailed him as a hero if he wins, and dismiss all of his achievements if he fails. Marriage to Armi Gumelar in 2006 and the birth of his daughter, Natarina Alika Hidayat on 3 August 2007 does not seemed to decreased noises from the press.
He was considered badminton’s elite player that doesn’t seemed to shine when faced to play in big tournaments. All of it soon changed after that pivotal moment, when he won the men’s gold medal at the 2004 Olympics in Athens, defeating South Korea's Shon Seung-Mo in two games (15-8, 15-7), and keeping intact Indonesia's streak of winning badminton gold at each Olympics since the sport was introduced in 1992.
He plays with such smoothness, coolness and suave. He shows no emotion in court while playing, unless he contests a call. He can also be moody in the court. If he's not in the mood to play, he couldn't care less if he lose, but if he's in the mood, he is absolutely at his best. One should also remember that he is still the only badminton singles player who won the Olympic Gold and World Badminton Championship back to back and holds the record as the fastest backhand smash, which has been clocked over 200km/hour.
The nation and the world will be sure to have high expectations and putting their hopes on him continuing his achievements. A huge pressure indeed to be put on the shoulder of such a young man, but nevertheless, one that we sure he’s capable in answering.